Sabtu, 12 Maret 2011

Mikrohabitat parasit

BAB I
PENDAHULUAN
                                                                       

            Berdasarkan kondisi habitatnya dikenal 2 tipe habitat, yaitu habitat mikro dan habitat makro. Habitat makro merupakan habitat bersifat global dengan kondisi lingkungan yang bersifat umum dan luas. Sebaliknya habitat mikro merupakan habitat local dengan kondisi lingkungan yang bersifat setempat yang tidak terlalu luas, misalnya, kolam, rawa payau berlumpur lembek dan dangkal, danau, dan sebagainya.
            Relung atau niche merupakan tempat makhluk hidup berfungsi di habitatnya, bagaimana cara hidup, atau peran ekologi makhluk hidup tersebut. Jadi pada dasarnya makhluk hidup secara alamiah akan memilih habitat dan relung ekologinya sesuai dengan kebutuhannya, dalam arti bertempat tinggal, tumbuh berkembang dan melaksanakan fungsi ekologi pada habitat yang sesuai dengan kondisi lingkungan (misalnya iklim), nutrien, dan interaksi antara makhluk hidup yang ada.
            Niche atau nicia atau di Indonesia kita sebut relung memiliki arti tidak hanya tempat atau ruang yang di tinggali makhluk hidup tetapi sebuah profesi makhluk hidup atau organisme dalam habitatnya atau fungsi makhluk hidup atau peranannya dalam lingkungan hidupnya.
            Ruang fisik (habitat) yang ditempati ataupun peran fungsional organisme dalam komunitas disebut niche (nicia atau relung). Dalam pengertiannya, nicia ini diperhitungkan juga apa yang dilakukan organisme, misalnya bagaimana mengubah energi, berperilaku, bereaksi terhadap lingkungan fisik maupun biotik atau memengaruhi dan mengubah lingkungannya. Odum mengemukakan habitat adalah alamat organisme, dan nicia (relung) adalah profesi atau pekerjaan organisme.
            Parasit merupakan organisme yang hidup pada organisme lain yang mengambil makanan dari tubuh organisme tersebut, sehingga organisme yang tempatnya makan (inang) akan mengalami kerugian. Parasitisme adalah hubungan dengan salah satu spesies parasit dimana inangnya sebagai habitat dan merupakan tempat untuk memperoleh makanan atau nutrisi, tubuh inang adalah lingkungan utama dari parasit sedangkan lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan keduanya (Kabata, 1985).
            Penyakit pada ikan didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mengganggu proses kehidupan ikan, sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Secara umum penyakit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan (Afrianto dan Liviawaty, 2003).
            Infeksi dari berbagai parasit biasanya melalui media air dimana ikan akan berinteraksi dengan ikan yang lain, sehingga parasit akan berpindah dari ikan yang satu ke ikan yang lain dan populasi parasit akan semakin banyak.
            Penyakit akibat infeksi parasit menjadi ancaman utama keberhasilan akuakultur. Pemeliharaan ikan dalam jumlah besar dan padat tebar tinggi pada area yang terbatas, menyebabkan kondisi lingkungan tersebut sangat mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit infeksi. Kondisi dengan padat tebar tinggi akan menyebabkan ikan mudah stress sehingga menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit, selain itu kualitas air, volume air dan alirannya berpengaruh terhadap berkembangnya sutu penyakit.
            Populasi yang tinggi akan mempermudah penularan karena meningkatnya kemungkinan kontak antara ikan yang sakit dengan ikan yang sehat. Daelami (2002), mengatakan bahwa parasit ikan terdapat pada lingkungan perairan yang ada ikannya, tetapi belum tentu menyebabkan ikan menderita sakit. Ikan sebenarnya mempunyai daya tahan terhadap penyakit selama berada dalam kondisi lingkungan yang baik dan tubuhnya tidak diperlemah oleh berbagai sebab.
            Parasit pada hewan akuatik memiliki aspek ekologi dan epidemiologi yang unik. Parasit ini memiliki dua lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangannya yaitu lingkungan makro (lingkungan sekunder) dimana ikan hidup dan lingkungan mikro (lingkungan utama) dimana parasit hidup pada inangnya. Sebagai salah satu bentuk adaptasi dalam parasitisme adalah adanya kecenderungan parasit untuk lebih cenderung menginfeksi jenis inang tertentu (species specificity), kecenderungan untuk menempati organ/habitat tertentu dalam inang (mikrohabitat).













BAB II
ISI


A.    Pengertian Mikrohabitat Parasit        
            Menurut Williams dalam Nurhayati (2003) Mikrohabitat parasit adalah lingkungan atau tempat yang mendukung kehidupan parasit pada inangnya. Dimana lingkungan atau tempat tinggal tersebut tersedia makanan, oksigen dan faktor lainnya termasuk didalamnya kompetisi antar spesies.
            Daelami (2002), mengatakan bahwa parasit ikan terdapat pada lingkungan perairan yang ada ikannya, tetapi belum tentu menyebabkan ikan menderita sakit. Ikan sebenarnya mempunyai daya tahan terhadap penyakit selama berada dalam kondisi lingkungan yang baik dan tubuhnya tidak diperlemah oleh berbagai sebab.
            Kadang-kadang larva parasit menempati organ tertentu pada inangnya dan tumbuh menjadi dewasa pada lokasi tersebut. Namun demikian, banyak jenis parasit yang menempati microhabitat yang berbeda pada tahap larva maupun dewasa dari parasit. Sebagai contoh adalah larva parasit golongan Copepoda Caligus diaphanous. Golongan ini awalnya menginfeksi filament insang, tetapi pada tahap dewasa menempati rongga mulut ikan.
            Kasus lainnya adalah parasit golongan monogenea yang memperlihatkan mikrohabitat yang berbeda antara fase larva dan fase dewasanya. Banyak jenis monogenea memperlihatkan kecenderungan untuk menempati organ tertentu pada inangnya/mikrohabitat. Sebagai contoh monopisthocotyleans Pseudodactylogyrus bini and P. anguillae yang menginfeksi European eel Anguilla anguilla hanya ditemukan pada insang dan keduanya memperlihatkan lokasi spesifik masing-masing dalam mikrohabitatnya pada insang. Contoh lainnya adalah microcotylid polypisthocotyleans, Metamicrocotyla cephalus and Microcotyle mugilis, ditemukan pada insang striped mullet Mugil cephalus dan keduanya memiliki microhabitat spesifik pada insang.   Beberapa spesies Gyrodactylus menempati microhabitats selain insang. Sebagai contoh, mayoritas specimens Gyrodactylus salaris ditemukan pada sirip, dan lainnya ditemukan pada filament insang dan kepala/tubuh Atlantic salmon Salmo salar (Appleby and Mo, 1997), sedangkan G. callariatis terutama menempati gill arches, rongga mulut dan pharynx, and sebagian kecil ditemukan pada tubuh, kepala dan sirip dari Atlantic cod Gadus morhua (Appleby, 1996a).
            Faktor yang menyebabkan terjadinya microhabitat yang spesifik pada golongan monogenea adalah belum terlalu jelas. Namun banyak factor kemungkinan terlibat termasuk faktor extrinsic dan intrinsic (Rohde, 1993).
            Arus air yang melewati insang merupakan salah satu factor yang mempengaruhi mikrohabitats, karena kemampuan parasit menahan arus yang keras kemungkinan bervariasi diantara individu parasit sebagaimana yang terlihat pada Pseudodactylogyrus bini dan P. anguillae pada ikan sidat (see Buchmann, 1989) dan Dactylogyrus amphibothrium pada ruffe Gymnocephalus cernua (see Wootten, 1974). Kecendrungan Gyrodactylus derjavini untuk menepati microhabitat tertentu, terutama pada permukaan kornea sirip ekor rainbow trout Oncorhynchus mykiss pada tahap akhir infeksi berasosiasi dengan densitas sel mukus, dimana immunoglobulin, complement factor C3, interleukin IL-1 and carbohydrates memainkan peranan penting terhadap dynamika infeksi parasite (Buchmann and Bresciani, 1998).
            Tetapi pada lokasi dimana microhabitat tidak terpengaruh oleh jenis cell (seperti daerah yang berbeda pada permukaan insang), niche yang sempit akan meningkatkan peluang kontak antar spesies parasit untuk kawin, sehingga hal ini menyebabkan terjadinya pengumpulan parasit pada microhabitat tertentu (Rohde, 1993).
            Pelekatan pada bagian subcutaneous juga dapat dilihat pada parasit Callorhynchicola multitesticulatus yang menginfeksi inang holocephalan Calloryhnchus milii; dimana stadia tidak dewasa ditemukan pada lamella insang sekunder dan selanjutnya menginfeksi jaringan inang ketika dewasa. Migrasi parasit ini hanya terjadi pada bagian insang saja.
            Sebaliknya, tahap tidak dewasa parasit Heterobothrium okamotoi ditemukan pada lamella insang sekunder ikan tiger puffer Takifigu rubripes dan bermigrasi bagian branchial cavity ketika dewasa. Neoheterobothrium hirame yang menginfeksi ikan Japanese flounder memperlihatkan kesamaan dengan H. okamotoi tentang cara melekat pada inang. Padaawalnya tahap tidak dewasa N. hirame melekat pada lamella sekunder dan kemudian bermigrasi ke buccal cavity wall melalui gill arches/rakers untuk menjadi dewasa. Migrasi kedua spesies parasit ini berasosiasi dengan tingkat kedewasaan parasit, dimana keduanya menjadi dewasa setelah mencapai target organ akhirnya.
           

2 komentar:

  1. The History of the Casino - One of the Most Popular Casinos
    A jancasino relative newcomer to the world of online gambling, Wynn Las Vegas opened novcasino its casinosites.one doors to https://septcasino.com/review/merit-casino/ a new audience of over 600,000 in 2017. This was the first casino

    BalasHapus