Sabtu, 12 Maret 2011

Spesies parasit monogenea dan digenea, termasuk siklus hidupnya

v Parasit Monogenea
Umumnya ikan-ikan yang hidup di alam dapat terinfeksi oleh berbagai jenis parasit cacing-cacingan seperti Monogenea, Digenea, Nematoda dan Acanthocepala.
Parasit monogenea umumnya ektoparasit dan jarang bersifat endoparasit. Hal ini sesuai dengan pendapat Kabata (1985) bahwa monogenea merupakan salah satu parasit yang sebagian besar menyerang pada bagian luar tubuh ikan (ektoparasit) jarang menyerang bagian dalam tubuh ikan (endoparasit) biasanya menyerang kulit dan insang.
Monogenea merupakan cacing pipih dengan ukuran panjang 0,15-20 mm bentuk tubuhnya fusiform, haptor di bagian posterior dan siklus kait sentral sepasang dan sejumlah kait marginal. Salah satu contoh class monogenea yaitu Dactylogyridae yang mempunyai alat bantu organ tambahan pada tubuhnya yang biasa disebut squamodis yang berfungsi sebagai perekat, selanjutnya dikatakan bahwa ada sekitar 1500 spesies monogenea yang ditemukan pada ikan (Gusrina, 2008).
Ciri ikan yang terserang monogenea adalah produksi lendir pada bagian epidermis akan meningkat, kulit terlihat lebih pucat dari normalnya, frekuensi pernapasan terus meningkat karena insang tidak dapat berfungsi secara sempurna, kehilangan berat badan (kurus) melompat-lompat ke permukaan air dan terjadi kerusakan berat pada insang (Rukmono, 1998)
Contoh ikan yang terserang yaitu pada ikan kakap. Jenis cacing yang ditemukan yaitu Diplectanum sp, yang berukuran antara 0,5-1,9 mm. cacing ini menyerang pada bagian tubuh yaitu insang hingga pucat dan berlendir. 
Selain ikan kakap,  Ikan kerapu juga terinfeksi. Dengan memperlihatkan gejala klinis; menurunnya nafsu makan, tingkah laku berenang yang abnormal pada permukaan air, warna tubuh berubah menjadi pucat. Serangan berat dari parasit ini dapat merusak filamen insang dan kadang-kadang dapat menimbulkan kematian.
Upaya pengendaliannya dapat dilakukan dengan perendaman 250 ppm formalin selama 1 jam atau perendaman dalam air laut salinitas tinggi yaitu 60 ppt selama 15 menit (Zafran et al., 1998; Koesharyani et al., 2001).
Berikut beberapa jenis-jenis parasit dari class monogenea yaitu diantaranya:
a.    Parasit Dactylogyrus spp
Dactylogyrus sp digolongkan ke dalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes, kelas Trematoda, ordo Monogenea, family Dactylogyridae, subfamily Dactylogyrinae dan genus Dactylogyrus .
Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Pada bagian tubuhnya terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat kecil. Dactylogyrus spp mempunyai ophistapor (posterior suvker) dengan 1 – 2 pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gejala infeksi pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih (Gusrina, 2008).
Sebagian besar parasit monogenea seperti Dactylogyrus spp bersifat ovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larfa yang berenang bebas yang dinamakan oncomiracidium. Insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan. Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa menempel pada insang atau bagian tubuh lainnya (Gusrina, 2008).
Parasit Dactylogyrus spp mempunyai siklus hidup langsung yang melibatkan satu inang. Parasit ini merupakan ektoparasit pada insang ikan. Telur-telur yang dilepaskan akan menjadi larva cilia yang yang dinamakan penetasan oncomiracidium. Oncomiracidium mempunyai haptor dan dapat menyerang sampai menyentuh inang. Hal ini sesuai dengan pendapat Anshary (2004) yang menyatakan sebagian besar parasit monogenea seperti Dactylogyrus spp bersifat ovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larfa yang berenang bebas yang dinamakan oncomiracidium.
Insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan. Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa menempel pada insang atau bagian tubuh lainnya (Gusrina, 2008).
Menurut Damarjati (2008), beberapa gejala klinis akibat infeksi parasit yang dapat digunakan sebagai presumtif diagnosa antara lain :
- Ikan tampak lemah, tidak nafsu makan, pertumbuhan lambat, tingkah laku dan berenang tidak normal disertai produksi lendir yang berlebihan.
- Ikan sering terlihat mengumpul di sekitar air masuk, karena pada daerah ini kualitas air terutama kadar oksigen lebih tinggi.
- Sering mengapung dipermukaan air.
- Insang tampak pucat dan membengkak, sehingga operculum terbuka. Kerusakan pada insang menyebabkan sulit bernafas, sehingga tampak megap-megap seperti gejala kekurangan oksigen. Insang ikan rusak, luka dan timbul perdarahan serta berlebihan lendir (stadium awal). Dalam keadaan serius filamen insang akan rusak dan operkulum ikan tidak tertutup dengan sempurna mengakibatkan kesulitan bernafas.
- Secara mikroskopis terlihat ada nekrosis pada insang yang berwarna kekuningan atau putih, selain itu juga terjadi proliferasi di kartilago hialin pada lamella sekunder. Penyebabnya bisa karena tertular dari ikan yang terinfeksi, kolam tempat pemeliharaan ikan yang menggunakan sumber air tanah dan kurang bersih.
Pengobatan yang efektif untuk cacing Dactylogyrus spp. adalah dengan pemberian formaldehide dan yang tidak kalah penting adalah selalu membersihkan kolam atau aquarium serta memeriksa sirkulasi air, sirkulasi udara dan kepadatan kolam (Damarjati, 2008).
b.    Neobenedenia
            Parasit jenis ini adalah jenis parasit yang paling sering ditemukan pada ikan laut seperti kerapu,kakap,bawal bintang dll. Merupakan jenis cacing (monogenea) dan merupakan ektoparasit (parasit yang menyerang bagian permukaan tubuh) biasanya ditemukan di kulit (sisik), mata, insang.
            Gejala klinis dari ikan yang terserang parasit ini kehilangan nafsu makan, tingkah laku berenangnya lemah dan adanya luka karena infeksi sekunder bakteri.
            Cara pencegahannya yang biasa dilakukan yaitu dengan perendaman air tawar.
c.    Diplectanum
            Jenis ektoparasit yang biasa menyerang di lamella insang ikan laut (krapu, kakap, napoleon, bawal). Parasit Diplectanum termasuk Ordo Dactylogyridea, Famili Diplectanidae karena sering ditemui menyerang insang parasit ini juga sering disebut sebagai cacing insang. Pada beberapa kasus serangan parasit insang bisa menyebabkan kematian pada ikan yang cukup banyak, ikan yang terserang akan mengalami gangguan dalam proses pernafasan, selain itu luka yang ditimbulkan bisa menyebabkan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri.
d.    Gyrodactilus sp.
            Gyrodactilus sp digolongkan kedalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes, kelas Trematoda, ordo Monogenea, family Gyrodactylidae, subfamily Gyrodactylinae dan genus Gyrodactilus. Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Gyrodactilus sp biasanya sering menyerang ikan air tawar, payau dan laut pada bagian kulit luar dan insang. Parasit ini bersifat vivipar dimana telur berkembang dan menetas di dalam uterusnya. Memiliki panjang tubuh berkisar antara 0,5 – 0,8 mm, hidup pada permukaan tubuh ikan dan biasa menginfeksi organ-organ lokomosi hospes dan respirasi.
            Larva berkembang di dalam uterus parasit tersebut dan dapat berisi kelompok – kelompok sel embrionik. Ophisthaptor individu dewasa tidak mengandung batil isap, tetapi memiliki sederet kait-kait kecil berjumlah 16 buah disepanjang tepinya dan sepanjang kait besar di tengah-tengah, terdapat dua tonjolan yang menyerupai kuping. Gejala infeksi pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi ender berlebih.

v Parasit Digenea
            Digenea adalah trematoda endoparasit yang memiliki siklus hidup kompleks yang melibatkan satu atau lebih inang antara. Digenea umumnya berbentuk pipih seperti daun dengan struktur mirip turbelaria free living. Tubuh lunak dan terdiri 2 sucker, faring, kaekum intestinalis, sistem reproduksi. Bentuk dasar tubuh digenea dewasa bermacam-macam.
Digenea ada Haplometrana, Opoecaelus, Clinostomum, dari Cestoda Marsipometra, Bothriocephalus.
·         Clinostonum sp
            Parasit ini seringkali ditemukan pada benih ikan gurame, dan menyebabkan sakit bintilan. Bintil-bintil ini mengandung cercaria Clinostonum sp. Dan menyebabkan ikan gurame yang terinfeksi terhambat pertumbuhannya.
            Daur hidup Clinostonum sp terdiri dari beberapa fase yakni pertama yaitu fase telur (dalam air), kedua fase miracidium, sporocyst dan redia (dalam siput), ketiga fase cercaria dan kista/metacercaria (dalam air), serta keempat fase dewasa (dalam hewan vertebrata, ikan, ternak, burung, dan manusia)
            Digenea yang telah diketahui mendekati 400 genera dan sedikitnya 4000 spesies yang menyerang ikan. Parasit ini memperlihatkan inang spesifisitas yang tinggi terutama pada inang antara yang pertama dan pada inang akhir. Organ yang diserang pada inang akhir adalah organ internal seperti saluran gastrointernal dan organ yang berdekatan seperti hati dan empedu, paru-paru, gelembung renang serta saluran darah.
            Jenis ikan yang diserang yaitu ikan kakap, yang berasal dari Lecithochirium sp. Dan pseudometadena celebensis. Cacing jenis ini menyerang pada bagian usus.
            Upaya pengendalian yaitu dengan menggunakan larutan acriflavin 100 ppm  dalam air tawar selama 1 menit, atau acriflavin 10 ppm selama 60 menit.
Diagnosis Digenea:
Ø  Struktur dan Fungsi Digenic Trematoda
-       Cacing dewasa punya 2 batil isap untuk menempel pada hospes.
-       Batil isap (bi) mulut di bagian anterior mengelilingi mulut.
-        perut / bi ventral di posterior, bi mulut di ventral
-       permukaan tubuh disebut tegumen, absorbtif dan kadang berspina. Otot ada di bawah tegumen, tidak punya rongga tubuh, organ-organ dalam di bungkus oleh parenchym.
Ø  Sistem pencernaan
             mulut — pharynx — esophagus — usus yang bercabang – cabang (intestinal caeca ) dan berakhir buntu. Material yang tidak terdigesti biasanya diregurgitasi.
Ø  Sistem Ekskresi
            Sisitem ekskresi terdiri atas banyak flame cell yang bersilia yang akan membuang sampah produk metabolik melalui sistem seperti pipa keluar tubuh.
Ø  Sistem Syaraf
            System syaraf terdiri atas sepasang traktus longitudinal yang dihubungkan dengan bagian anterior oleh 2 ganglia.
Ø  Sistem Reproduksi
            System reproduksi pada umumnya hermaprodit, bisa terjadi fertilisasi sendiri atau fertilisasi sendiri atau fertilisasi silang.
Ø  Organ Reproduksi jantan
            sepasang testis —› masing-masing dilanjutkan oleh vas deferens —›kantong sirus yang berisi vesicula seminalis dan cirus —› primitive penis yang berakhir pada genital opening.
Ø  Organ Reproduksi betina
            mempunyai ovarium tunggal —› oviduct —› ootype (tempat ovum menerima yolk (kuning telur) dari sekresi glandula vitelina dan membentuk cangkang —› telur menuju uterus (cangkang mengeras) —› keluar melalui porus genitalis.
Ø  Makanan
            Pada umumnya : darah, debris jaringan —› ditelan —› masuk caeca —› dicerna dan diabsorbsi. Metabolisme secara anaerob.
ü Siklus Hidup Trematoda Digenea:
§  1 telur nematoda hanya bisa jadi 1 cacing dewasa
§  1 telur trematoda bisa menjadi ratusan cacing dewasa
            Cacing dewasa bersifat ovipara —› telur beroperculum keluar bersama tinja hospes —› embryo dalam telur berkembang menjadi larva yang berbentuk seperti buah pir (pyriform) bersilia yang disebut myracidium.
             Dengan adanya stimulasi dari sinar matahari, myracidium mengeluarkan enzym sehingga operculum telur membuka dan myracidium keluar dari telur (hanya dalam beberapa menit).
            Myracidium berenang di air dengan cilianya (tidak makan) —› sampai menemukan siput yang cocok.
            Setelah masuk ke siput, silia dilepas dan menjadi bentuk memanjang disebut sporosista yang mengandung banyak sel germinal yang kemudian menjadi redia yang bermigrasi ke hepatopancreas siput.
            Redia merupakan bentuk larva, memiliki bioral, beberapa flame cell dan usus yang sederhana.
            Sel germinal dari redia membentuk cercaria tapi jika kondisi lingkungan tidak sesuai, redia membentuk anak redia.
            Cercaria merupakan cacing muda, mempunyai ekor yang panjang —› secara pasif keluar dari siput dalam jumlah yang banyak. Biasanya siput yang terinfeksi akan mati muda karena kerusakan hepatopankreas.
            Cercaria berenang beberapa saat dalam lebih dari satu jam akan melekat pada tumbuhan air dan membentuk kista yang disebut metacercaria.
            Metacercaria dapat hidup kurang lebih beberapa bulan —› masuk ketubuh peroral. Setelah termakan hospes, dinding kista luar pecah saat pengunyahan. Dinding kista bagian dalam pecah diusus dipengaruhi oleh : mekanisme menetas, enzymatic, potensial reduksi-oksidasi dan CO2 dalam lingkungan usus.
            Cacing muda yang keluar kemudian menembus usus bermigrsi ketempat predileksi —› menjadi dewasa dalam beberapa minggu.

1 komentar:

  1. titanium phone case | Titanium Technologies
    The titanium steel titanium phone case titanium mens wedding bands is designed with a high-tech design titanium bracelet and titanium chloride is designed to be portable. Unlike other models, the original case was designed ford edge titanium 2019 for

    BalasHapus